Mamaku Dan Kekasihnya
by #19p
Aku terlahir di keluarga yang utuh. Maksudnya papa dan mama ada dan akur. Aku sendiri bukan anak satu-sathnya karena kami tiga bersaudara dengan aku sendiri adalah yang paling tua atau anak pertama. Sedangkan adikku yang kedua sekarang umurnya 17 dan yang ketiga masih 4 tahun. Umurku sekarang sudah 23 tahun dan tentu saja di umurku ini aku sudah bisa mencari uang sendiri.
Aku dilahirkan oleh seorang perempuan yang aku panggil dengan sebutan mama dengan usianya kini sudah 43 tahun. Meski secara umur sudah memasuki kepala 4 namun bukannya aku melebih-lebihkan atau bagaimana, namun secara fisik mama memang masih sangat terlihat menarik. Wajahnya yang cantik dan tubuhnya yang masih terawat bagus. Apalagi... Bukan bermaksud mesum, namun hal yang paling terlihat pada mama adalah payudaranya. Mama memiliki payudara yang cukup besar dan masih terlihat kencang meski sudah mempunyai tiga anak dengan di tunjang juga oleh bentuk pantatnya yang besar berisi. Bukan dari pandanganku, tapi dari pandangan pria umum diluar sana jika melihat penampilan mamaku juga pasti aku rasa mereka akan tertarik dengan mama. Apalagi pekerjaan mama juga membuatnya sengaja tak sengaja pasti setiap harinya bertemu dengan banyak orang.
Buka hanya bertemu, pastinya juga tanpa sadar banyak orang yang melihat mama tanpa mama sadari. Mamaku bekerja di salah satu tempat sebagai seorang PNS. Sedangkan papaku adalah seorang pekerja di salah satu tempat juga dengan papa jauh lebih sibuk dibandingkan mama. Disini usia papaku menginjak 54 tahun. Terpaut agak jauh memang dari mama, tapi namanya jodoh. Selain mama, pekerjaan papa juga membuatnya bertemu dengan banyak orang dan salah satu orang atau teman papa yang paling dekat serta sering di ajak mampir ke rumah ada satu, ia namanya Tio tapi aku dan adik-adikku memanggilnya om Tio. Om Tio ini umurnya tak terlalu jauh beda dengan mama, hanya saja lebih tua Om Tio dibandingkan mama. Aku tak tau persis umurnya berapa, mungkin sekitar 43-45 tahunan. Om Tio ini merupakan orang timur yang mana sudah bisa tau sendiri seperti apa penggambaran pria khas orang timur.
Seringnya papa mengajak Oom Tio mampir baik itu hanya untuk mengobrol biasa atau mengobrol bisnisnya membuat kami, selalu anak-anaknya serasa susah sangat biasa dengan keberadaan pria itu ketika ke rumah. Pada awalnya aku merasa biasa saja dan sama sekali tak ada pikiran A-Z yang membuat sebuah tanda tanya. Namun karena sebuah tak kesengajaan, aku merasa mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Pertanyaan yang aku arahkan antara mama dengan om Tio. Oh iya, kembali lagi. Seringnya Om Tio ke rumah dan ia seperti sudah sangat di percaya oleh papa membuat papa juga tak mempermasalahkan sama sekali jika Oom Tio ini sengaja mampir ke rumah. Baik itu sedang ada papa atau tidak. Karena sering dan kedekatan Oom Tio dengan papa membuat mama juga selalu menyambut Om Tio dengan ramah layaknya seorang tamu pada umumnya.
Lalu apa yang membuatku mulai merasa bingung dengan mereka? Mama dan Om Tio. Seringnya ia main ke rumah dan cukup sering juga saat ia main aku juga sudah pulang kerja, secara tak sadar aku memperhatikan juga gerak-geriknya. Perlahan tapi pasti, kerap kali aku sering melihat Oom Tio itu selalu curi-curi pandang terhadap mama. Baik mama sedang bermain dengan adikku atau mama ikut duduk dengan papa dala obrolan mereka. Sekali lagi, awalnya aku tak merasa aneh dan bahkan aku awalnya mengira mungkin hal itu Oom Tio tunjukkan karena ada yang salah dengan penampilan mama, tapi saat aku perhatikan mama. Penampilannya tak ada yang salah. Disini mama kesehariannya memakai jilbab yang menutupi rambut indahnya itu. Saat aku perhatikan mama, aku lihat mama juga seperti diam-diam membalas pandangan dari om Tio. Aku mulai berpikir apakah Oom Tio memandang mama karena payudara mama yang terlihat menantang dibalik pakaiannya seperti pandangan pria yang cukup sering aku lihat dari pria diluar sana saat melihat mama. Jika memang hanya itu alasannya, aku bisa memaklumi karena Oom Tio juga pria normal.
Setidaknya kecurigaanku itu awalnya hanya pada Oom Tio saja yang hanya terkesima dengan tubuh fisik mama secara luar. Tapi kecurigaan itu makin bertambah rasanya saat suatu hari aku sedang libur dari kerjaku dan aku baru saja dari luar untuk main. Saat aku pulang ke rumah, aku melihat mobil milik Oom Tio telah terparkir di dalam gerbang depan garasi rumah. Saat aku masuk, memang ada Oom Tio yang sedang bertamu tapi saat itu papa belum pulang. Bukan kali pertama melihat Oom Tio bertamu tanpa adanya papa membuatku masih biasa. Bahkan aku sapa dia. Tapi saat aku sapa, aku melihat sesuatu yang agak membuatku bingung saat melihat mama. Saat itu mama terlihat tak seperti biasanya. Mama terlihat kikuk dan seperti berusaha menyembunyikan sesuatu padaku. Terutama tadi saat aku baru membuka pintu rumah, aku melihat mama seperti membenarkan ujung jilbabnya.
“udah lama om?”, sapaku basa-basi sambil aku ajak jawab tangannya yang terasa kasar dan terasa kuat itu. Warna kulitnya agak lebih gelap dariku.
“Ah nggak kok, belum terlalu. Kamu libur hari ini?”, aku mengangguk.
“kamu makan dulu gih. Dari pagi langsung pergi loh. Belum makan, kan?”, aku mengangguk aka ucapan mama.
“aku ke belakang dulu ya om. Om udah makan? Kalo belum bareng aja sekalian”
"Nggak usah, om udah kok tadi. Kamu enakin aja”, saat aku berjalan ke arah dapur.
Aku lihat adikku yang paling kecil sedang menonton tv sendirian. Setelah mengambil nasi, aku bergabung dengan adikku. Saat aku di ruang tengah, aku sedikit bisa mendengar mama dan Oom Tio yang sedang mengobrol di ruang tamu depan. Saling bersahutan dengan suara tv.
“ya mas sih nggak sabaran. Hampir aja tadi anakku lihat. Untung aja suara motornya kedengaran”, aku yang sedang mengunyah makananku seperti dipaksa untuk penasaran.
“dek, jangan terlalu keras ya volumenya”, ucapku pada adikku dan aku sedikit menurunkan volume tv.
“habisnya mas kangen. Kemarin-kemarin lagi banyak kerjaan jadi kalo datang pun sama suamimu. Jadi nggak bisa deh”, suaranya yang berat membuat aku lebih jelas mendengar suara om Tio.
“bisa apa hayo”, dan Oom Tio terdengar hanya tekekeh kecil.
Walau hanya obrolan singkat namun rasa penasaranku ini mulai timbul dengan apa yang dimaksud dengan kata, “kangen” dari Oom Tio pada mama itu. Sebagai seorang pekerja dan kesibukanku sendiri di tempat kerja membuatku sempat serasa terlupa akan rasa penasaranku itu hingga satu tungguan terlewat.
Dalam jeda waktu itu, Oom Tio masih sering ke rumah tapi kebanyakan kembali dengan papa. Walau begitu, aku masih juga melihat Oom Tio melihat mama dengan tatapan yang seperti mengandung arti lain. Hari itu seperti biasa aku berangkat kerja, namun di tengah jalan aku melupakan sesuatu. Karena yang ketinggalan ini hal yang cukup penting jadi mau tak mau aku memutar arah kembali ke rumah. Saat aku sampai, lagi-lagi aku melihat mobil milik Oom Tio ada di rumah, namun kali ini tak di dalam gerbang. Ada di pinggir jalan depan rumah. Disini mama lagi libur. Ku masuki gerbang rumah dan kulihat adikku sedang di teras bermain bersama beberapa teman sebayanya dari anak tetangga. Aku kembali rasa penasaranku mulai timbul lagi karena aku pikir ada keperluan apa Oom Tio sepagi ini sudah mampir ke rumah. Sementara aku juga tau kalo papa sudah berangkat lebih dulu daripadaku.
Tapi entah kenapa aku tak coba menanyakan apapun pada adikku dan aku hanya ingin fokus mengambil barangku yang ketinggalan. Apalagi sudah cukup siang. Saat aku masuk ke rumah, keadaan rumah sepi tanpa aku lihat mama dan om Tio. Padahal jelas-jelas di depan ada mobil pria itu. Sebelum aku coba cari tau itu, aku mencari dulu yang ingin aku ambil. Tapi aku yang merasa yakin bahwa tadi sebelum berangkat aku letakan diatas lemari samping tv, benda itu tak ada.
“Ma.... Mama.... Ma...”, panggilku ke mama. Baru terdengar sahutan dari mama saat aku panggilnya beberapa kali dan mama menjawab dari dalam kamarnya.
“iya nak. Sebentar”, sahutnya dari dalam kamar. Kulihat mama mengenakan daster dengan jilbabnya, tapi mama agak berkeringat dan wajahnya agak memerah.
“loh kok kamu udah balik? Kamu nggak jadi berangkat kerja. Sakit, kamu?”, aku menggeleng.
"Nggak kok ma. Ini ada yang kelupaan aja makanya balik lagi. Oh... Oh iya, Oom Tio mana ma? Aku lihat di depan ada mobilnya”, nah disinilah mama terlihat seperti agak panik. Aku mengernyitkan dahi melihatnya.
“Kenapa ma? Tumben Oom Tio kesini pagi-pagi banget”
“i..iya. Itu.. itu tadi Oom Tio kesini tapi udah pergi lagi. Dia kesini cuman nitip mobilnya aja, soalnya dia ada mau ketemu sama temannya dan pake mobil temannya”, aku percaya saja.
“oh gitu. Kirain lagi mampir juga orangnya”
“tapi mama ngapain jam segini masih di kamar?”, sambungku.
“loh kok ngapain? Ya mana lagi bersih-bersih kamar kaya biasanya”, walau mama lancar dalam menjawab, tapi aku perhatikan agak aneh dalam gelagatnya.
Aku coba perhatikan penampilan mama. Tak ada yang salah, malahan membuatku tak sengaja melihat payudaranya yang menonjol indah dengan kencang itu dibalik daster.
“eh, wait... “, batinku seolah baru tersadar. Tersadar saat secara samar aku melihat mama seperti tak mengenakan BH dibalik dasternya itu karena aku agak bisa melihat bentuk payudaranya. Aku bukan lagi anak kecil dan aku juga tau bedanya perempuan pakai BH atau tidak.
“Kok nggak pake? Tumben banget”, aku ingin menanyakannya tapi rasanya itu agak gimana jika aku tanya pada mama sendiri.
“jadi Oom Tio nggak dirumah, mah?”
“ya nggak lah. Kalo Oom Tio di rumah, ngapain mama di kamar dan kamu juga pasti liat Oom Tio lagi duduk di ruang tamu atau di sofa tengah kan”, agak aneh jawaban mama yang serasa seperti mencoba mengkonfirmasi sesuatu agar aku lebih mempercayainya.
“Iya juga sih. Oh iya, hampir lupa.... Mama liat nggak Flashdisk hitam yang tadi ada di atas lemari samping tv?”
“oh itu yang ketinggalan?”, aku mengangguk.
“Ada. Tadi mama kita itu punya papa, jadi mama simpan di kamar. Ya udah bentar”.
Mama berjalan kembali ke kamar. Tapi aku lihat mama tak mau membuka terlalu lebar pintunya itu dan cepat-cepat mama tutup lagi pintunya.
“ngapain langsung di tutup. Biasanya juga dibuka aja gapapa”, batinku dan tepat saat itu aku mendapat telepon dari teman kerjaku.
Mama kembali dengan memberikan apa yang aku bilang tadi dan karena mumpung lagi balik di rumah, aku ke dapur untuk mengambil minum sebelum aku berangkat lagi. Saat aku berjalan ke dapur, mama juga kembali masuk ke kamarnya. Saat aku baru saja masuk ke dapur.
“loh apa ini!?”, agak kaget aku ketika melihat BH warna hitam yang tergeletak begitu saja di lantai dapur. Satu-satunya perempuan di rumah ini yang memakai BH hanyalah mama, jadi aku langsung bisa tau itu milik siapa.
“Ceroboh banget sih mama. Untung aja Oom Tio cuman nitip mobil. Coba kalo bertamu dan Oom Tio numpang ke kamar mandi, bisa lihat ini pasti”, batinku dan aku coba ambil untuk memindahkannya ke keranjang kotor.
Namun saat aku pegang BH mama itu, aku dibuat bingung juga akibat pengair BH ibu terlihat rusak. Pengaitnya putus seperti saat membukanya itu tak sabar.
“oh apa mungkin tadi mama memang mau niat lepas tapi tiba-tiba ada Oom Tio bertamu jadi mama kaget dan nggak sengaja malah narik BH nya sendiri sampai putus ya. Ah mungkin aja”, batinku lagi mencoba positif karena menurutku itu juga alasan yang masih masuk di akal.
Aku ambil BH itu dan aku masukan ke keranjang kotor dekat mesin cuci. Lanjut mengangambil air dan berangkat lagi. Apalagi temanku juga lagi-lagi menelepon menanyakan ku sudah sampai dimana. Dengan tak ada rasa curiga, aku buru-buru keluar rumah dan masih kulihat adikku dan temannya di teras rumah sedang bermain. Ia meminta uang jajan padaku dan yaudahlah aku kasih. Tapi entah kenapa disini aku penasaran dengan adikku ini dan ingin bertanya sesuatu padanya.
“kenapa main diluar? Nggak mau main di dalam aja, masih banyak kartun loh jam segini”, ucapku pada adikku.
“lagi pengen di luar kak. Lagian kata mama juga biar nggak ganggu”. Ganggu? Batinku.
“Ganggu? Ganggu apa?”, adikku menggeleng tapi saat ku akan melangkah....
“kakak tadi bicara apa sama om Tio?”, langkah langsung aku hentikan dan menatap lagi adikku.
"Nggak ... Tadi kakak ngobrol sama mama kok”
“sama Oom Tio ga?”, aku mengernyitkan dahi lagi untuk kedua kalinya di pagi hari ini.
“om Tio kan udah pergi dek. Tadi kata mama kesini cuman nitip mobil aja”
"Nggak kok. Om Tio belum pergi. Masih di rumah” Ketiga kalinya aku mengernyitkan dahi.
Mama bilang tadi Oom Tio sudah langsung pergi karena hanya mau menitipkan mobil, tapi adikku bilang Oom Tio masih di rumah. Tapi saat aku di dalam pun aku sama sekali tak melihat om Tio. Aku bingung oleh jawaban berbeda dari mama dan adikku. Di tambah bingung lagi karena
adikku masih kecil jadi ucapan adikku ini hampir rasnya tak ada kebohongannya. Anak kecil pastinya akan lebih jujur.
“kamu aja mungkin nggak liat pas Oom Tio pergi. Lagi asyik main”, adikku menggeleng dan...
“kita dari tadi sini kok kak, dan dari tadi om-om yang ke rumah memang belum pergi keluar”, sahut salah satu teman adikku. Makin bingung aku.
Jika memang Oom Tio masih di rumah, lantas dia dimana di sudut rumah ini? Di kamar mandi? Tapi tadi ke kamar mandi belakang nggak ada. Terus mama juga bilang sendiri kalo Oom Tio udah pergi.
“masa sih masih di rumah?”, batinku.
“kalian yakin tadi nggak liat Oom Tio keluar rumah?”, sambil tetap bermain tanpa beban, adikku dan temannya mengabggukan kepalanya saja. Karena pengakuan dari adikku dan temannya ini, rasa penasaranku ini mulai berubah menjadi rasa curiga.
“Tapi nggak lah, kayanya mungkin cuman adek gue atau temannya yang nggak sadar aja pas Om Tio keluar tadi”, dan aku juga seakan tak mau mengambil kesimpulan sendiri.
Apalagi aku juga mama itu mamaku dan aku tau betul seperti apa mama. Walau mencoba untuk menolak mengambil kecurigaan ini, tapi tanpa sadar kakiku menyuruhku untuk kembali ke dalam rumah. Namun baru satu langkah, handpone ku kembali bergetar dan saat aku lihat kali ini Bos ku yang menelepon.
Karena Bos menelepon, akhirnya aku lebih fokus tanpa sadar untuk mementingkan kerjaku sehingga aku putar lagi kakiku melangkah keluar menghampiri motor dan pergi menjauh dari rumah. Di atas motor, aku masih mencoba menebak apakah adikku dan temannya yang tak menyadari Oom Tio pergi atau memang mama yang malah berbohong padaku. Namun jika memang mama berbohong... Alasanya apa dan kenapa juga harus berbohong? Kan Oom Tio bukan sekali dua kali main kesini. Bahkan malah sudah sering.
Dari kebingungan dan kejanggalan yang mulai aku rasakan di pagi itu, aku mulai menaruh rasa curiga pada mama dan Oom Tio tapi aku juga tak mau langsung memberikan final curigaku pada mereka. Satu-satunya cara agar aku dapat mengetahui jawaban yang benar dan hal yang bisa menghilangkan kembali rasa curigaku ini, aku harus mencari tahunya sendiri. Tapi yang jadi masalah, aku bingung caranya bagaimana.
Beberapa hari terlewat lagi. Om Tio belum main ke rumah, tapi aku coba dekati adikku dan aku ajak ia jalan-jalan. Aku belikan ini itu dan di saat itu keliatan senang, barulah aku coba cari informasi dari adikku yang siapa tau ia juga tau lebih banyak soal pagi hari itu. Setelah aku ajak berkeliling dengan motor menikmati suasana sore, aku dan adikku sekarang berada di meja depan salah satu toko bernama Indoapril.
Saat adikku menamakan Ice Cream yang aku belikan padanya dengan sangat menikmati...
“dek... Beberapa hari lalu pas kakak pagi-pagi pulang, kamu beneran nggak lihat Oom Tio udah pergi?”
“yang mana kak?”
“itu loh, pas kamu sama temanku bilang kalo Oom Tio masih di dalam rumah. Pas kamu lagi main di teras dan minta uang jajan sama kakak”, ia mengangguk dengan menjilat Ice Cream nya.
“om Tio emang masih di rumah kak. Pas kakak pergi lagi, nggak lama mama keluar dan suruh aku buat mandi”, aku mencoba membuat adikku terus berbicara.
“Awalnya aku nggak mau, tapi katanya udah agak siang jadi harus mandi. Jadinya aku udahan mainnya. Pas aku masuk ke rumah, aku lihat kok Om Tio”, aku kembali agak dibuat kaget oleh cerita adikku.
“terus? Kamu liat Oom Tio dimana dan lagi apa?”
“pas aku masuk dan aku lagi nunggu mama siapin air, aku lihat Oom Tio keluar dari kamar mama”.
BLAR!!! Makin kaget lagi aku. Jadi apakah Oom Tio memang ada di kamar pas aku pulang itu?
“om Tio keluar dari kamar mama? Dia ngapain emang?”, adikku menggeleng.
“Aku nggak tau lah kak. Tapi Oom Tio lucu. Hihihihi...”
“lucu? Lucu kenapa?”
“ya lucu aja kak. Soalnya Oom Tio keluar kamar cuman pake celana aja. Hihihi... Om Tio kayaknya nggak tau kalo mama siapin air buat aku, tapi dikira buat mandi dia, jadi Oom Tio udah lepas baju. Hihihihi...”, duh polosnya adikku ini.
“keluar kamar mama dan cuman pake celana? Habis ngapain dibakar mama dan hanya pake celana?”
“pake calana? Celana panjang?”, adikku mengangguk dan aku ada rasa lega sedikit mendengarnya. Aku kira celana pendek yang mempresentasikan sebagai celana dalam.
“Terus Oom Tio ngapain lagi?”, adikku menggeleng.
“Ga tau kak. Om Tio cuman sapa aku aja abis itu ke belakang buat ke arah mama”, aku tanyakan lagi dengan hati-hati.
“Aku nggak tau kak, tapi Oom Tio lama agak lama di belakang dan pas balik lagi udah bareng sama mama. Om Tio duduk di sofa dan aku di suruh mama buat mandi soalnya kata mama airnya sudah siap”.
Walaupun masih belum sangat jelas dan masih terasa banyak kemungkinan dari yang adikku ceritakan ini, tapi rasnya aku makin berkeinginan untuk mencari tahunya sendiri. Aku sangat percaya dengan mama dan aku juga percaya dengan Oom Tio karena ia temannya papa, tapi aku juga tak bisa mengabaikan rasa penasaranku ini yang makin berubah menjadi rasa curiga. Setelah mendengarkan cerita adikku, aku ajak ia pulang tapi aku juga suruh adikku untuk jangan memberitahu mama bahwa aku bertanya seperti tadi padanya.
Adikku dengan lugu mengangguk. Yang aku pikirkan sekarang adalah bagaiman caranya aku bisa coba mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Apakah ini hanya kecurigaan ku semata atau memang ada hal lainnya yang sedang mama serta Oom Tio sembunyikan dariku dan papa. Hari berganti lagi. Aku sekarang diam-diam makin suka memperhatikan mama dengan kini aku juga baru mulai menyadari bahwa mama menjadi lebih aktif dalam bermain hp.
Ya sebelumnya juga suka tapi maksudnya jadi lebih sering saja dengan aku perhatikan tiap bermain hp, mama sering senyum-senyum sendiri tapi ia bukan lagi menonton video lucu di internet atau apa karena jarinya bergerak seperti sedang melakukan kegiatan saling balas chat. Bukan hanya aku, bahkan papa juga menyadari sikap mama yang sering terlihat chattingan dengan senyum-senyum. Namun saat di tanyakan oleh papa, mama selalu menjawab ia sedang chat dengan temannya. Hingga suatu momen dimana saat papa sedang di depan mengobrol dengan salah satu tetangga kami dan mama yang tadinya memainkan handpone nya pergi ke dapur untuk membuat kopi, aku tak sengaja melihat layar handpone mama menyala. Di layar handpone nya tertera nama kontak dari om Tio.
Ibu menamai kontak pria timur itu dengan, “mas Tio” dan itu tak ada anehnya karena papa juga aku tau menamai hal serupa juga. Ya masa namanya “Om Tio” kan agak aneh, orang sama-sama sudah dewasa juga.
Tepat saat ibu mau ke depan memberikan kopi untuk papa dan tetangga, aku tak memberitahu mama tentang chat yang masuk itu. Malahan aku yang penasaran coba lihat isi chat dari display depan tanpa membukanya. “besok mas kesana ya. Udah kangen nih, padahal baru beberapa hari”.
Chat yang aku baca dari apa yang Oom Tio kirimkan pada mama. Chat itu menimbulkan pertanyaan lagi tengah apa maksud dari “Kangen” itu. Tapi dari chat itu juga membuatku jadi tau kalo besok Oom Tio akan ke rumah lagi.
Dengan hal itu aku seolah bisa menyiapkan diri untuk mengintip kegiatan mereka selama di rumah. Hanya saja aku tak tahu jam berapa Oom Tio ke rumah dan apakah aku harus libur kerja atau bagaimana. Aku cepat-cepat memainkan Hp ku sendiri saat terlihat mama kembali. Saat mama duduk kembali di sampingku, aku merasa mama menatapku dengan lekat.
“Kenapa ma?”
“Ngak papa. Tadi kamu lihat Ngak handpone mama nyala?”
“Ngak. Ini kan aku lagi main game ma. Ngak tau aku. Memang kenapa?”
“Ya ngak papa. Siapa tau tadi handpone mama nyala dan ada telepon atau chat dari teman mama”.
Om Tio juga bisa dibilang teman jadi untuk hal ini aku tak menganggap mama berbohong padaku. Tak lama mama kembali sibuk dengan senyum-senyum sambil memainkan handpone nya itu.
“Lagi chat apaam sih? Asyik banget kayaknya”, batinku. Tangan dan wajahku menatap layar handpone sendiri yang sedang memainkan game, tapi mataku sebenarnya tak memainkannya.
Mataku malah aku gunakan memperhatikan mama disampingku lewat ekor mataku ini. Dari arah samping, tanpa sadar aku yang tadinya memperhatikan ekspresi senyum dan gerakan jari mama malah tanpa sadar pandangan ini turun ke arah payudaranya yang menonjok indah dibalik baju yang ia pakai dan tertutup oleh lapisan ujung jilbabnya.
“Apa yang Oom Tio pikirkan saat ia sering sering diam-diam memperhatikan payudara mama gue ini ya?”, batinku yang menjadi makin penasaran dengan pria itu.
Pria timur yang memperhatikan payudara dari sosok perempuan berjilbab yang sudah bersuami dan beranak ini. Apakah papa tau atau sadar kalo istrinya itu sering di tatap dengan tatapan yang terkesan mesum oleh temannya sendiri? Mulai terlena oleh pikiran sendiri, aku sampai tak sadar kalo penisku mulai bangun dengan sendirinya di balik celana pendekku ini. Sadar akan hal itu dan tak mau mama menyadarinya juga, aku memilih untuk kembali ke kamar.
~~~~~~~~~~000~~~~~~~~~~
Saat itu aku sedang berada di kamar, aku belum menyadarinya dan bahkan tak memperhatikannya. Tapi saat kita semua keluar dari kamar, aku bisa melihat bagaimana indahnya tubuh serta payudara yang Mama sembunyikan di balik pakaiannya itu. Sekali lagi, Mama mempunyai bentuk tubuh yang berisi dengan pantat padat menonjol. Begitu juga dengan kedua payudaranya yang terbungkus Bra terlihat padat serta besar tanpa terlihat adanya sebuah gurat kendur di bentuknya. Bagiku, bagiku malah lebih menarik memperhatikan penampilan perempuan seperti itu.
Gimana ya...
Sensasinya beda saja menurutku. Karena kita tak tau persis seperti apa bentuknya, sehingga kita pikiran kita bisa berfantasi dengan apa yang disembunyikan itu dan mencoba menebaknya adalah sebuah kenikmatan dalam pikiran mesum. Walau aku “ada” rasa ketertarikan dengan tubuh Mama, tapi aku tetap menghormatinya dan tak mau melakukan hal yang lebih dari hanya sekedar fantasi belaka. Berbicara soal fantasi yang terus memuncak, dengan jujur akan aku ceritakan sedikit tentang apa yang belakangan ini terbesit di kepalaku. Karena papa yang jarang di rumah dan di rumah ini hanya ada aku, Mama dan adikku, papa aku kecualikam dulu karena memang dia jarang di rumah. Maksudnya sangat sibuk. Kembali lagi, sejak kecurigaanku mulai timbul antara ada apa dengan mama dan om Tio, jujur cara pandangku ke mama agak mulai berubah juga. Aku sempat beberapa kali berfantasi jika saja saat aku tak ada di rumah dan yang di rumah hanya ada Oom Tio yang sedang bertamu, Mama akan di goda oleh om Tio. Mama yang kesepian akan papa akhirnya melayani godaan Oom Tio itu. Dalam fantasiku juga, Mama dan Oom Tio mempunyai sebuah hubungan terlarang yang tak seharusnya di lakukan oleh perempuan bersuami.
Fantasiku...
Mereka sudah beberapa kali mendaki kenikmatan di belakangku maupun papa. Membayangkan fantasi seperti itu sungguh membuat adrenalin ini semakin terpacu. Terpacu melihat perselingkuhan Mama yang mana mempunyai penampilan alim dalam balutan tertutup dan berhijab dengan seorang pria yang mempunyai penampilan seperti gagah berkulit hitam lengkap dengan kelaminnya itu. Sering kali saat melihat Mama dan Oom Tio yang sedang bertamu dan mengobrol, fantasi itu langsung muncul di benakku sambil pikiran ini merangkai kejadian yang lain di hadapanku itu.
Kembali lagi ke waktu sekarang. Akibat beberapa hal janggal yang aku rasakan, aku makin bernkat untuk coba mencari taunya sendiri. Saat itu seperti biasa aku berangkat bekerja pada mama tapi tanpa mama tau, sebenarnya hari ini adalah hari liburku yang bertepatan juga dengan Oom Tio yang katanya akan datang ke rumah. Aku tau karena semalam tak sengaja mendengar mama seperti berbicara lewat telpon dengan pria itu.
Aku yang sebenarnya libur tapi pura-pura berangkat membuatku hanya berdiam diri di salah satu warung kopi hanya untuk menunggu waktu yang aku rasa pas setelah Oom Tio datang. Karena aku bosan serta penasaran juga, aku coba menelepon Mama.
Namun saat aku menelepon, suara mama seperti terengah dan itu membuatku makin curiga beserta ada rasa terangsang tersendiri. Setelah yakin bahwa Oom Tio sudah datang dan ada sesuatu yang terjadi. Aku buru-buru pulang. Saat dekat dengan rumah, aku matikan mesin motorku sehingga pas jalan mendekati rumah tak terdengar suaranya. Terlihat di depan memang benar ada mobilnya om Tio. Dengan gampang aku bisa masuk ke dalam rumah. Saat aku masuk, keadaan rumah terkesan sangat sepi, bahkan sebelumnya saat aku akan masuk, aku terlebih dahulu mengintip dan memastikan kalo memang Oom Tio ada di rumah tamu atau tidak. Saat aku masuk, seperti yang aku bilang tadi. Sepi. Padahal ada tamu, om Tio. Bahkan suara adikku juga tak terdengar.
“Apa lagi main di rumah tetangga?”, batinku. Dengan langkah pelan, aku coba sekamin masuk ke dalam rumah. Rumah tengah pun sepi tak ada orang sama sekali, hanya ada tv yang menyala tapi tak ada yang menontonnya. Mulai merasa semakin ada yang aneh, aku coba pikirkan dimana mama dan Oom Tio sampai aku mendengar suara samar dari dalam kamar mama. Jantungku mulai berdegup makin kencang...
GLEK!!! Ku telan ludah saat sudah sampai di depan kamar mama, aku mendengar makin jelas Mama yang berada di dalam kamarnya seperti sedang mendesah.
Mendengar suara seperti itu, fantasiku kembali berjalan dengan mengarah ke om Tio, apalagi jelas-jelas Oom Tio sedang bertamu di rumah. Coba lihat lewat lubang ventilasi atas pintu? Tidak, pintu kamar orang tuaku memang tak ada lubang ventilasi atasnya, selain jendela.
Karena bingung dan memang saat itu kurang persiapan untuk mengintip jadi aku hanya bisa pasrah karena tak bisa melihat apa alasan mama di dalam kamarnya seperti mendesah dan kemana sebenarnya Oom Tio berada. Apakah Oom Tio seperti sebelumnya, kesini hanya menitipkan mobilnya semata dan orangnya langsung pergi lagi. Sehingga sebenaranya Oom Tio sedang tak bertamu dan mama memang sendirian di rumah? Karena kurang persiapan ini, aku putuskan untuk keluar rumah dan kembali menjauh dari rumah dengan menahan semua kebingungan, penasaran dan pastinya kontol yang terasa tegang. Jalanan sore yang terbilang ramai dan bahkan terjadi beberapa kemacetan akibat jam pulang kantor membuat perjalanan sedikit terhambat, namun karena memakai jasa sepeda motor, kemacetan pun bisa di lewati cukup mudah. Kemacetan adalah sebuah hal sial, namun sial kembali aku dapatkan dan bahkan lebih sial lagi karena roda ban belakangnya bocor menginjak besi dari renovasi trotoar. Tapi untungnya kejadian ban bocor itu berada di depan Komplek rumahku dan ada bengkel juga. Jadi aku taruh motorku disana dan karena antre juga, jadi aku putuskan untuk meninggalkannya. Lagian aku kenal juga dengan orang bengkel itu. Aku lanjut berjalan untuk masuk ke dalam area komplek rumah dengan langkah yang biasa. Sampai aku di depan rumah, aku kembali bingung karena Mama tadi setelah aku bilang bahwa aku akan lembur.
Beneran lembur tapi tiba-tiba tak jadi....
Mama bilang juga kalo papa juga akan pulang telat karena ada urusan dengan om Tio. Namun... Kenapa aku melihat ada mobil Oom Tio lagi di rumah? Sebenarnya hari ini tak ada niat mengintip tapi melihat kejanggalan ini lagi, aku coba mengintip dadakan. Pertama pastinya aku coba pastikan benaran ada Oom Tio atau tidak dengan aku secara hati-hati masuk ke dalam rumah. Sampai di dalam, lagi-lagi rumah sepi bahkan suara adikku juga tak terdengar. Padahal biasanya jam segini rame sendiri dia. Semakin aku masuk, lagi-lagi aku mendengar suara aneh dari dalam kamar mama. Pendengaran semakin aku tajamkan kala suara itu semakin aneh nadanya dan.
“bukannya ini suara?”, aku sebagai anaknya pasti sangat hafal seperti apa suaranya itu dan suara tersebut berada di salah satu kamar yang mana itu kamar orang tuaku. Sekali lagi aku bingung...
“Nah ini yang buat gue bingung. Gue mau ngintip darimana?”, batinku. Aku bingung. Tapi di tengah bingungku, aku teringat akan hari yang semakin gelap, jadi aku kembali keluar dari rumah dan mencoba keberuntunganku.
“Mungkin aja bisa”, pikirku.
Setelah memastikan bahwa Mama ada di kamarnya. Aku berjalan lewat Samling rumah menuju jendela kamar orang tuaku berada. Dengan hati-hati aku melangkah tanpa menimbulkan bunyi. Aku merasa seperti mendapat keberuntungan saat meski jendela kamar mama sudah di tutup, tapi ada celah sedikit yang bisa aku gunakan melihat ke dalam dari gorden yang sedikit terbuka pinggirnya. Namun saat aku bisa coba liat ke dalam kamar.
DEG!!! Aku tak bisa menggambarkan apa yang aku rasakan. Rasanya campur aduk. Yang kulihat Oom Tio memang sedang bertamu di rumah tapi Oom Tio juga sedang berada di dalam kamar mama. Namun yang paling membuatku kaget lagi dan rasnya seperti lemas tapi antusias juga.
Kulihat Oom Tio tengah duduk di antara dua paha Mamaku yang mulus dengan tubuh Mama yang tengkurap dalam tanpa sehelai benang pun yang melekat di tubuhnya selain jilbab lebar yang masih Mama pakai. Bukan paha malah, tapi Oom Tio tengah menduduki pantat Mamaku yang padat berisi itu. Oom Tio terlihat sedang mengurut dan menggosok bagian punggung Mama, dari bagian bawah menuju ke atas, lalu kembali ke bawah dengan berulang-ulang, sekali- kali dia memijat leher Mama dengan sentuhan yang lembut sambil menyingkap sedikit bagian hijabnya. Leher adalah salah satu area sensitif pada perempuan dan hal itu nyata benar adanya dikarenakan gerakan Oom Tio yang seperti itu tampaknya membuat Mama mulai tidak nyaman dengan sentuhan-sentuhan sensual itu, terlihat dari badannya yang naik turun dengan cepat.
Dari tengkuk, pijatan Oom Tio diteruskan ke bahu yang terbuka karena hijabnya udah disingkap dan dilanjutkan ke lengan sampai telapak tangan. Setelah itu Oom Tio berpindah tangan ke tubuh sebelah samping Mama, di dekat ketiak dan payudaranya dan kedua bongkahan daging indah milik Mama yang tergencet pun menyembul ke samping sekan ingin meloncat. Sungguh terlihat besarnya dan warnanya yang putih mulus tanpa noda. Ternyata memang di balik pakaian yang Mama pakai, Mama menyembunyikan tubuh indahnya. Aku sebagai anaknya saja baru mengetahui fakta sejelas ini.
“seperti yang saya bilang tadi, dibawa rileks aja mbak”, ujarnya Oom Tio yang mana seperti yang aku bilang sebelumnya bahwa papa dan mama memanggil Oom Tio dengan “mas”, sedangkan Oom Tio ke mama.
“mbak” dan ke papa juga, “mas”.
“Eeeggghhhhh.... Geli, mas. Hihihihi....”
“gapapa, pantat padat mbsk juga bikin saya geli kok”, dan terlihat Oom Tio menggesekkan posisi duduknya ke atas permukaan pantat Mama. “Eeeggghhhhh... Mas tiohhh...”
“tambah geli ya?”, Mama mengangguk Oom Tio kemudian beralih turun dan menuangkan sedikit minyak di atas bongkahan pantat Mama dan mulai memijat secara lembut. Terlihat dengan amat jelas bagaimana lembut serta halusnya kulit pantat padat milik Mama saat di pijat. Mendapat sentuhan itu Mamaku pun secara refleks menggoyangkan pantatnya karena geli, namun dia tidak protes ataupun mencoba menghentikan apa yang Oom Tio lakukan. Aku tak tau kalo Oom Tio bisa pijat dan entah sejak kapan mama mau dipijat, apalagi oleh seorabg pria. Di tambah lagi sekarang yang kulihat Oom Tio bukan lagi memijat pantat Mama, tapi jemarinya sudah berpindah untuk masuk ke belahan pantat Mamaku.
Sentuhan jemari Oom Tio pada belahan pantatnya dan yang ku yakin juga di selingi dengan gerakan menggosok lubang pantat Mamaku, Mama terlihat mulai semakin terbiasa dan mulai menikmatinya karena pijatan tangan itu memang terasa nyaman dan enak, mungkin untuk Mama. Walau saat terlihat jelas bahwa Oom Tio benar-benar ikut menggosok lubang pantat Mama, Mama sempat mencoba menolaknya, tapi gerakan pijatan Oom Tio mampu membuat Mama seperti.
“ya sudahlah”.
"Apa yang mas lakukan? Geli mas. Jangan, itu jorok” “Aaakkkhhh....”, desah Mama karena aku lihat Oom Tio meneteskan minyak ke lubang pantat Mama.
“rasanya gimana, mbak?”
“geli sama dingin dari minyak masssshhh...”
“mau ngerasain yang geli-geli enak lagi ga?”, dalam tengkurapnya, punggung Mama naik turun yang mana itu akibat nafasnya yang memburu. Aku memastikan hal itu.
“s-seperti apa? Saya sama sekali ga ngerti mas”, namun aku lihat mama mengatakan sambil senyum seolah mama sudah paham apa maksudnya itu tapi sedang hanya menggoda saja.
"Eeeggghhhhh..... ja-jaangaaannn..., massh...”, desah Mama saat Oom Tio tanpa permisi memasukkan jarinya ke dalam lubang memek Mama.
“gapapa mbak, mbak rasakan saja rasanya ngocok dan di kocokin. Rasanya enak kok walau ga seeenak pas dikocok yang ged panjang. Hehehe...”
“a-apa tuhhhh....”, mama malah kembali menggoda.
“walau ga seenak pas kontol yang masuk”, ucapnya mulai vulgar dan kata vulgar yang Oom Tio berikan membuat suasana yang aku lihat ini semakin terasa memanas.
“Emang berani? Hihihii...”, balas mama yang lagi-6kesannya malah sedang menggoda. Adrenalin nafsuku benar-benar mulai di pacu sampai rasanya nafasku terengah seperti habis berlari cukup panjang.
Tak sanggup lagi aku menahan libido ku yang sudah naik sedari tadi ini. Terlebih lagi ucapan dan tindakan Oom Tio kepada Mamaku semakin membuatku panas dingin. Alhasil kontolku pun langsung ku keluarkan dari celanaku sendiri karena sedari tadi Aku melihat dengan jelas dan hanya berjarak kurang lebih empat meter dari jendela, dimana di dalam sana kali ini memek Mama tengah di colok-colok oleh jari om Tio. Aku juga kocok batangku ini dengan tubuh menegang karena nafsu yang menggebu.sebagai anak bukanya masuk ke rumah dan memergoki mereka, aku malah mulai hanyut sendiri dalam nafsu sendiri. Meski aku juga tau ini salah. Sama salahnya dengan apa yang mama lakukan di dalam kamarnya dengan papa.
“nikmati saja rasa gelinya sayang. Ga usah malu-malu sama saya, kaya pertama kali aja. Nikmati saja rasanya menjadi sedikit nakal dari mbak yang biasanya. Saya paham benar bahwa sekarang mbak mungkin masih malu, tapi nanti juga pasti bakal berkurang malunya saat tahu enaknya lagi”, bisiknya di telinga Mamaku sambil satu tangannya dengan lembut mengusapi punggung Mama yang telanjang. Sementara dengan tangannya yang satu lagi, ia teruskan untuk memutar jari telunjuknya yang sudah masuk ke dalam Memek Mama, seolah jarinya itu tengah mengorek bagian dalam kewanitaan Mamaku. Merasa bagian vitalnya tengah di korek dan jari itu di putar-putar membuat Mamaku semakin kegelian dalam nikmat yang mulai melanda. Tubuhnya bergetar dan darahnya berdesir ketika Oom Tio meniup telinga Mamaku dari balik jilbab. Sementara satu tangannya Oom Tio tanpa ampun mulai mengobok-obok memek Mama. Tangannya yang satu lagi menggerayangi dan mengusapi seluruh tubuh Mama dengan lembut. Mulai dari punggung hingga ke bagian samping payudara Mama yang menyembul keluar dari impitan tubuhnya sendiri dengan kasur ranjang.
"Eeeeegggghhh.... S-saya. Ssshhhhhh.....", Lenguh Mama. Oom Tio tampaknya mengetahui apa yang Mamaku maksudkan.
“kenapa sayang? Hmmm? Sudah mulai enak?”, tanyanya dengan tersenyum.
“Cukup mas. Eegghhssssss.... Oouughhhss... Mas tioohhh....”
“Iya sayang, kenapa ?”
“Gellliiihh... Saya... Saya kaya mau pipis”
“Eh?! Yang benar mbak? Wah, tumben cepat banget. Hehehehe.... Tapi jangan terlalu cepat pipis juga ya. Saya belum kasih yang lebih enak loh buat kamu. Hehehehe....”
Om Tio menyadari akan maksud Mamaku yang dimana akan mengalami orgasme, namun bukannya tetap menggerakkan jarinya seperti yang dilakukan tadi, Oom Tio malahan menarik keluar jarinya. Puncak yang tadinya akan Mamaku raih berangsur turun kembali. Hal itu membuat Mamaku memamerkan raut wajah bertanya pada Oom Tio dan Oom Tio malah tertawa renyah mendengar pertanyaan kecewa dari Mama. Melihat ekspresi yang Mamaku tunjukan, menurutku pribadi, Mama sekarang terlihat sangat menggairahkan dengan ekspresinya itu. Tubuh telanjangnya baru pertama kali aku lihat walau hanya tubuh belakangnya. Penampakan pantat, lubang pantat dan memek Mama baru pertama kali juga aku lihat. Bahkan suara desahannya juga baru kali ini aku dengar sehingga membuatku serasa menerima damage nikmat dari sensasi semua ini.
“mbak mau keluar ya tadi?”, Mamaku yang ngos-ngosan dan merasa kentang tak menjawab namun dari tatapan matanya ia mengiyakan pertanyaan Oom Tio itu.
“maaf kalo saya membuat mbak jadi batal orgasmenya. Tapi untuk hal itu“, Oom Tio melangkah menjauh dari Mamaku tanpa melanjutkan ucapannya.
“saya punya sesuatu yang dapat membuat mbak lebih bisa menikmatinya dan lebih bisa mendapatkan kenikmatan yang lebih dari hal yang sempat akan mbak rasakan tadi”, sambungnya. Ia terlihat menjauh lagi ke arah meja rias mama.
“pelan-pelan aja dulu ya. Lagian suami dan anakmu juga pulang telat sama masih tidur juga”, ternyata alasan suara adikku tak terdengar sore ini karena sedang tidur. Meski jarang tapi memang kadang suka tidur sore sehabis mandi.
“Dasar... Istri teman sendiri di mesumin”, lirih mama dengan senyum.
“saya ga bakal mesum kalo orangnya juga ga suka di mesumin. Hehehehe....”
Dimana di atas meja ada tas. Mungkin itu tas milik om Tio. Disana terlihat Oom Tio menuangkan beberapa ramuan ke dalam satu wadah untuk ia racik. Setelah selesai, ia kembali menghampiri Mamaku yang masih tengkurap dan telanjang serta posisi pantatnya terangkat, kedua kakinya mengangkang memperlihatkan lubang memeknya yang sudah cukup basah akibat kocokkan singkat jari Om Tio.
“sebelum mulai lagi, mbak minum ini dulu ya”, suruhnya menyodorkan botol kecil.
“Apa ini, mas?”, tanya Mama dengan masih terengah akibat orgasme gagalnya.
“mbak minum saja dulu. Nanti saya bantu buat mbak dapat nikmatnya orgasmemu yang tertunda tadi. Bahkan saya jamin setelah minum ini, rasanya jadi semakin enak”, aku berpikir apakah itu obat perangsang atau bagaimana.
“Mas sih? Awas loh kalo obat yang aneh-aneh. Saya gigit nanti kontolnya. Hihihihi...”, aku makin tak karuan rasanya karena untuk pertama kalinya mendengar Mama berkata vulgar itu.
“Kalo gitu digigit sama memek, dengan senang hati mbak. Hehehe....”
“yaudah nih, langsung minum”, sambungnya sambil menyodorkan kembali botol kecil itu yang isinya entah apa itu. Dari tempatku berada yang cukup dekat ini, aku bisa melihat tenggorokan Mama naik turun tengah menelan cairan cairan dalam botol kecil itu. Entah ramuan apa.
Saat Mamaku selesai meminumnya aku melihat sebuah benang lengket yang menggantung dari bibir Mamaku dengan ujung mulut botol itu saat dijauhkan dari mulutnya. Cairan yang Mama minum sepertinya teksturnya lengket atau berlendir. Melihat tekstur serta warnanya, pikiran mesum mulai bekerja untuk menebaknya seperti sepema atau Peju. Melihat Mamaku menghabiskan ramuan yang ia berikan, Oom Tio kembali tersenyum.
Om Tio pun menuangkan sisa ramuan yang masih ada di dalam botol nya itu di jarinya dan ia memasukkan jarinya yang terselimut cairan dari botol itu tersebut ke dalam memek Mamaku. Disana terlihat Oom Tio kembali mencolokkan jarinya dan langsung mulai mengocoknya.
“mas Tio. Aaakkkhhh...Aaakkkhhh... K-kenapaaahh... Aduuhh... Jangan, jangan langsung di kocok gini donnghhh.....”, desah Mama kala jari itu bergerak mengocok memeknya.
“Nikmati aja mbak. Tadi katanya mau pipis enak? Hehehehe...”
“udah, nikmati aja, istri yang alim”.
Dan aku lihat pemandangan makin er0tis dimana Oom Tio mengocokkan jarinya dengan kocokkan yang cepat sampai membuat memek Mama terdengar makin basah oleh bunyi kecipaknya. Bahkan aku lihat juga di tengah kocokkan jarinya, air kewanitaan Mama mulai ada yang muncrat-muncrat keluar.
“Aaakkkhhh....Aaakkkkkkhhhh.... Mas tiooohhhh.... Pipiss...”, ujar Mama dengan pantat bergerak naik turun.
“Ayo pipis yang nikmat, mbak. Saya juga masih penasaran dan suka banget lihat mbak yang istri alim ini kelojotan pas Muncrat enak”
Dan orgasme Mamaku yang tadi sudah sangat dekat membuat Mamaku mengalami orgasme dengan hebatnya, hanya dalam beberapa menit kocokkan jemari om Tio, badan Mama yang masih telungkup setengah menungging itu terlihat bergetar dan bergelinjang dengan liar seperti orang tersetrum. Tangannya menjangkau apa pun yang bisa dia remas dan pegang. Bukan hanya kocokkan jari Oom Tio saat menikmati reaksi dari tubuh Mama, aku yang melihatnya juga mengocok kontolku makin cepat saat melihat adegan serta kelojotan nya Mama.
“Aaakkkhhh....”, teriak Mama dan, CUR!!! CUR!!! Sungguh terlihat begitu nikmati saat cairan kewanitaan Mama keluar dengan banyaknya sampai membasahi kasur dan bahkan saking kuat dan derasnya sampai menyemprot mengenai tangan om Tio. Seperti orang yang sedang di gelitiki, tubuh Mama bergerak tak mau diam saat cairan nikmatnya keluar dengan deras.
“Aaakkkkkkhhhh.....”, teriak nikmat Mama kala cairan kenikmatannya masih saja keluar dengan durasi yang cukup lama. Sepertinya orgasme yang Mama alami ini adalah orgasme yang selama ini ia inginkan tapi ia tak tahu dengan hal itu.
“Hahahaha... banyak banget mbak. Deras lagi kaya air terjun. Hahahaha... hebat. Hebat....”, ucap Oom Tio di sertai suara tawanya melihat Mamaku orgasme dengan hebat.
Sementara Mama masih mengambil nafasnya yang tak karuan dengan memeknya terlihat berkedut-kedut.
“enak kan mbak?”, tanya Oom Tio dengan Menarik jarinya yang basah kuyup oleh siraman air kenikmatan Mama. Tapi Mama diam karena terlalu syok mungkin dengan kenikmatan yang baru ia rasakan senikmat itu seperti yang Oom Tio jadi ucapkan.
“Tak apa dan nikmati saja. Suamimu juga pasti bangga kalo bisa lihat kamu mendapatkan sepeti barusan walau dari proanlain dan bahkan hanya lewat jari saja. Hahahaha....”
PLAK!!! Sempat aku di buat terkejut lagi saat Oom Tio menepuk pantat Mamaku dengan cukup keras dan bahkan terkesan tepukan gemas.
PLEK!! Dan kali ini memek Mamaku yang banjir itu di tepuk agak oleh Oom Tio sehingga cairan kewanitaan Mama yang membasahi permukaan memeknya terciprat ke mana-mana. Namun untuk tepukan di memek, Oom Tio tak melakukannya sekali, terhitung sampai tiga kali dan saat tepukan yang ketiga, Oom Tio menambahkannya dengan sebuah kata.
“ayo memek, lebih nakal lagi”.
Setelah menepuk-tepukan memek Mama, Oom Tio tertawa pelan seolah ia benar-benar puas membuat Mamaku yang alim di depan suami, anak dan orang terdekat di buat orgasme deras hanya dengan permainan jarinya saja. Di depan mama yang tengkurap, Oom Tio tersenyum sambil mengusap dan meremas tonjolan dibalik celananya sendiri. Aku pikir Oom Tio akan mulai melepas celananya tapi...
PLEK!!! PLEK!!! Oom Tio kembali menepuk-nepuk permukaan memek mama yang basah itu lagi dengan gemas dan lanjut mencolokkan jadinya untuk mengorek sisa cairan orgasme mama.
Lalu tanpa rasa jijik atau sebagainya, Oom Tio masukkan jarinya sendiri ke mulut, serasa ingin mencoba seperti apa rasa dari cairan yang baru saja di keluarkan dari memek mama akibat dorongan kenikmatan itu.
PLEK!!! Kembali, sekali lagi permukaan memek di tepuk tapi agak lebih keras sambil Oom Tio tersenyum, “kaya biasa, memang gurih ini memek”. Sementara itu aku dengar mama bukannya marah malah mengaduh manja akibat perbuatan nakal dari Oom Tio padanya.
Selanjutnya yang aku lihat, Oom Tio kembali ke meja rias mama dan tangannya masuk ke dalam tas kecil yang sempat ia rogoh isinya tadi. Kali ini pria itu bukan mengambil sebuah minyak, tapi sebuah benda kecil yang aku sering aku lihat di video Bokep namun aku lupa apa namanya itu. Benda di kasih minyak sampai terasa licin, lalu Oom Tio kembali menghampiri mama yang sepertinya lemas karena orgasme nya dengan hebat itu.
“Di lanjut lagi ya, mbak. Hari ini saya akan memperkenalkan mbak lagi ke sebuah kenikmatan yang belum pernah mbak rasakan”, dan mama tak menyahutnya dan bahkan saat Oom Tio panggil mama juga mama tak menyahut. Aku berpendapat bahwa mama masih berada di efek nikmatnya orgasme yang ia dapatkan tadi karena aku lihat juga Oom Tio kembali tersenyum.
“sekarang, saya mau bikin memek mbak lebih nakal sedikit lagi ya”, kembali mama tak merespon ucapan itu dan hanya terlihat baik turun akan nafasnya yang masih tersengal.
“dasar! Hehehehe.....”, ucapnya dengan pelan tapi aku bisa mendengar karena posisi Oom Tio saat berbicara sangat dekat dengan kaca. Ah iya! Aku baru ingat nama benda yang Oom Tio pegang itu. Nama bendanya kalo ga salah semacam ***** tapi ukurannya agak kecil dan keduanya berbeda ukuran.
“Siap ya mbak”, Entah apa yang di rencanakan, Oom Tio kembali mendekati mama tapi ke bagian atas tubuhnya dan ia berbicara di telinga mama.
“Ini cuma mainan aja kok, Jadi ga usah khawatir”, dan aku lihat mama menolehkan wajahnya ke arah apa yang Oom Tio pegang itu.
“Jangan mas”, terdengar suara mama.
“Gapapa, nanti dapat pengalaman baru lagi kok. Gapapa, bisa buat nakal sama suami juga kan?”, mama terdiam dan Oom Tio kembali ke bawah tubuh mama.
“coba, sekarang mbak angkat lagi pantatnya biar posisinya menungging”, dan engah kenapa kali ini mama menurut dengan gampang dan mama hanya mengeluarkan penolakan sekali yang tak kuat. Mama menunggingkan pantatnya hingga lubang pantat dan memek mama terpampang jelas ke arahku, ke arah kaca.
“tahan sebentar ya, mbak”, lalu...
“Aaakkkkkkhhhh.... Jangan mas, Eeeggghhhhh... Itu aapaaaa....”
“Bukan apa-apa, ini hanya mainan perempuan nakal aja kok. Tahan ya, katanya mau sedikit nakal buat senangin suami lewat saya? Sekalian senangin saya juga. Hehehehe....”, ucap Oom Tio lagi yang membuat mamaku terpengaruh lagi dan lagi. Karena kedua lubang mama masih terlihat sangat sempit dan masih seperti perawan untuk di masuki benda seperti itu, Oom Tio memerlukan sedikit usaha lebih serta waktunya untuk memasukkannya.
“Aaakkkhhh....”, lenguh mama kala satu ***** berhasil masuk di memeknya dan ***** kedua berhasil masuk juga setelah memakan waktu serta usaha hampir tiga menit lebih.
Dildo kedua itu masuk tepat dengan menyumpal lubang pantat mama. Walau ***** yang masuk ke pantat mama hanya berukuran jempol tangan, tapi bagi mama yang baru merasakan hal seperti itu dan baru pertama kali menerima sesuatu di lubang pantatnya pastinya sangat terasa sakit. Bisa aku lihat dengan cara erangan mama dan kedua tangannya yang meremas kuat ujung dari ranjang.
“uh, bagusnya pantat sama memek mbak sekarang. Hehehehe.... Pantat sama memek mbak sekarang di sumpal dua *****”, ujar Oom Tio sambil mengamati apa yang baru saja ia lakukan di kedua lubang milik mama.
“mas Tio... Tolong di lepas saja. Sakit dan saya juga sangat malu”
“Tak apa mbak, santai saja. Oh iya, kalo mbak malu, mbak pakai penutup mata aja gimana?”
“di lepas saja, mas”
“jangan dong, buat masukin aja butuh usaha, masa baru masuk langsung di keluarin lagi sih? Sampai berkeringat nih saya masukin nya. Di pakai aja dulu ya. Hmmm...
Lima menit aja
mbak, gapapa. Nanti kalo udah lima menit saya keluarin. Ini juga supaya memek sama pantat mbak jadi elastis”, aku yang mendengar perkataan Oom Tio pun hanya bisa berkat dalam hati,
“kata siapa? Akal-akalan aja”.
“l...lima menit?”
“iya, nanti saya lepas kok. Jadi selama lima menit dan mbak yang malu, mbak mau pake penutup mata?”, mama terdiam dan akhirnya memilih untuk mengangguk. Mama tipikal orang yang suka merasa tak enak dalam segi apa pun, mungkin mama juga tak enak saat mendengar bahwa Oom Tio berucap memerlukan usaha untuk memasukkannya sehingga mama memilih untuk menghargai. What? Menghargai macam apa itu? Hal seperti itu tak perlu dihargai mama.... Tapi walau begitu, aku juga suka melihatnya. Sial!
“nah gitu dong. Sebentar.... ”, mama mengangguk.
“ga usah malu-malu. Kaya sama siapa dan kaya baru pertama aja mbak ini. Hehehe....,”, benar kan, memang sebelumya pasti sudah pernah atau beberapa kali melakukan ini.
Namun untuk sudah bersetubuh atau belum, aku tak tau. Sungguh, mama sekarang terlihat sangat erotis di posisinya yang menungging di atas ranjang nya dengan papa dalam posisi telanjang bulat dan hanya mengenakan jilbabnya saja tapi di kedua lubangnya terdapat dua d!ldo yang mengisinya. Saat mama mencoba bertahan di posisi memalukannya, Oom Tio dengan sangat kurang ajarnya mengeringkan tangannya yang basah oleh minyak dan bekas cairan kewanitaan mama dengan pakaian mama. Apa yang kali ini Oom Tio lakukan di ketahui oleh mama. Mama awalnya hanya diam melihat tapi kemudian mama seperti tersneyum malu melihat tingkah laku teman papa itu. Sementara aku yang melihat tontonan di dalam kamar lewat kaca jendela ini juga dibuat makin kelimpungan sendiri akan nafsu yang makin naik meski hari kecil dan akal sehatku serasa menolak semuanya.
“Loh kok, pakaian saya buat lap, mas?”
“Eh?! Iya maaf mbak, saya kira tadi lap saya”, sungguh kurang ajarnya Oom Tio itu. Lalu setelahnya Oom Tio memakaikan penutup mata pada mama agar mama tak merasa malu.
“mbak rileks aja, anggap saja saya suami dan ***** ini kontol suami”, mama mengangguk.
“T-tapi ini lebih besar, mas. Agak sakit”, mendengar jawaban mama, Oom Tio pun tersenyum.
“Lebih besar ini ya?. Pasti bakal lebih nendang kalo ***** utamanya masuk”, ucapnya sambil melihat ke arah ke arah jendela tapi untung aku masih fokus sehingga dengan cepat aku tundukan kepalaku tanpa bisa disadari bahwa aku sedang mengintip dan melihatnya
“M-maksudnya mas?”
“Gapapa. Udah, rileks aja. Pertama, coba mbak sekarang gerakin dinding memeknya supaya mbak nanti bisa lebih gigit kontol suami”, lalu Oom Tio agak melihat ke arah pantat mamaku yang mana ia sepertinya ingin memperhatikan kedutan lubang pantat mamaku. Ia ingin melihat mamaku melakukan apa yang ia suruh atau tidak dengan menggerakkan dinding memeknya.
“Nah iya, bagus kaya gitu. Tuh, mbak juga tau caranya. Kalo bisa lakukan seperti itu saat main sama suami ya, biar suami makin pengen sama ga betah di rumah”, mama kembali mengangguk.
“Sekarang, coba sini tangannya mbak”
“Buat apa Bu?”
“udah sini aja dulu, sebelum belajar lebih jauh lagi caranya buat puasin suami, saya mau kasih cara juga buat bikin puas diri sendiri”
“Eh, maksudnya?”
“saya jamin mbak belum pernah juga dan pas mbak coba, saya jamin juga bakal kaget karena enaknya. Coba dulu sini tangannya”, dan mama terlihat memberikan tangannya ke belakang sehingga kini mama menungging dengan bertumpu menggunakan satu tangan saja. Aku melihat Oom Tio meraih tangan mama dan menempatkannya di bawah perut mama atau tangan mama di suruh menjulur ke selangkangannya sendiri yang sedang terisi d!ldo.
“nah, coba mbak nanti gosok klitoris sendiri saat saya gerakan d!ldo nya keluar masuk ya”, dengan cepat mama melihat ke belakang.
“m-malu mas. Bukankah itu kaya perempuan Nakal?”
“lah, kan memang tujuannya supaya mbak bisa sedikit lebih nakal. Kita kaya gini bebas kalo juga bukannya mbak udah nakal? Gapapa... nakal demi suami juga kok. Tapi nakalnya sama saya dulu yang ajarin. Hehehehe....”, terlihat jelas wajah mama mulai memerah karena malu mungkin saat ia menganggukkan kepalanya.
“oke, saya mulai ya. Nanti mbak langsung mulai gosok aja”
“eeegghhhh...”, saat mama mulai menggerakkan sendiri dildonya, mama mulai mendesah.
Cukup lama mama lakukan itu dengan arahan dari Oom Tio sampai mama terlihat....
“Masssshhh... Rasanya makin gatal”, jelas saja karena apa yang mama lakukan itu secara tak langsung sedang merangsang dirinya sendiri.
“rasanya makin gatal. Tapi enaakkhh...”, mama yang awalnya terlihatvkentak malunya, malunya mulia perlahan luntur. Bahkan gerakan tangan mama pada d!ldo semakin cepat.
Namun...
“Masssshhh...”, keluh mama di saat Oom Tio memegang tangan mama dan menarik lepas ***** nya. Rasanya panas dingin aku saat melihat kontol Oom Tio yang dikeluarkan tegang itu.
“Saya bantu ya mbak”, mama terlihat kaget ketika Oom Tio dibelakang sudah berdiri sambil mengocok pelan kontolnya. Namun..
“Kenapa ma?”, batinku ketika melihat mama mengangguk.
“mungkin rasanya agak sakit. Tapi nanti bakal enak”, mama kembali mengangguk. Dari ucapan om Tio, tampaknya hubungan diam-diam ini belum pernah sampai ke persetubuhan dan mama baru akan ke titik itu.
“aaakkkhhh....”, erang mama agak keras saat akhirnya dengan mata kepalaku sendiri, aku lihat saat Oom Tio mulai mendorong maju kontolnya, kontolnya mulai tertelan masuk juga ke dalam memek mama.
“Aaakkkhhhsss....”, desah keduanya saat perlahan tapi pasti, kelamin keduanya mulai makin bersatu.
“s-sakit maaasshh... Punya mas terlalu gede. Eegghhhss....”
“rileks.... Rileks aja mbak. Ssshhh.... Tapi gila, memek mbak tenyata memang masih sempit rasanya. Sssshhh....”
“Punya mas saja yang gede”, mendengar jawaban mama, kulihat Oom Tio tersenyum. Masih dengan percaya tak percaya dengan apa yang aku lihat ini bahwa aku lihat langsung mama yang sedang berhubungan badan dengan om Tio.
“Enak?”, dengan samar mama mengangguk.
“eeegghhsss... Memek mbak juga enak. Bahkan lebih enak dari yang saya duga. Sssshhhh....”, semabri tangannya memegang erat pinggul mama.
Lalu Oom Tio mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan pelan sehingga gerakannya itu membuat kontolnya turut serta menjadi gerakan keluar masuk di dalam memek mama. Kontol yang mulai bergerak di dalam lubangnya membuat mama mulai mendesah dan tangannya masih belum bergerak untuk menggosok klitorisnya. Sadar bahwa mama diam, Oom Tio dengan tetap menggerakkan pinggulnya mencoba meraih tangan mama dan membantunya untuk menggosok biji sensitifnya itu.
“massshhhh....”, desah mama saat memeknya di rangsang oleh gerakan keluar masuk d!ldo yang lebih besar dari kontol papa dan klitorisnya yang di gosok oleh tangannya sendiri dari bantuan om Tio. Kedua rangsangan itu membuat mamaku mendesah makin intens namun di taraf nada yang masih lirih dan terkesan malu-malu untuk di keluarkan dengan bebas. Sementara itu, aku? aku sadari seolah aku terhipnotis oleh pacuan birahi di dalam kamar orang tuaku itu sambil menikmati pemandangannya. Sudah beberapa menit berlalu dan sebuah pemandangan lebih indah yang membuatku kaget bercampur terpukau saat aku melihat tubuh mama bergetar, menegang dengan suaranya mengerang panjang dan aku melihat dari sela memeknya yang terisi kontol Oom Tio menetes sebuah air yang cukup banyak. Bahkan aku lihat air tersebut menyemprot di sela sempit penyatuan itu. Mama mengalami orgasme persetubuhan pertamanya dengan pria selain papa hanya dalam beberapa menit. Walau sudah jelas mama mengalami orgasme pertamanya, Oom Tio tak mau menghentikan gerakannya sampai mama terdengar memohon pada Oom Tio untuk berhenti.
“tak apa, nikmati saja mbak”, balas Oom Tio dengan kini mencoba merangsang mamaku lagi dengan meremas kedua payudara indah mama yang menggantung indah. Benar saja, beberapa menit berselang lagi, mama mulai menunjukkan gelagat yang sama seperti akan orgasme tadi. Namun...
CEKLEK!!! Mataku, mata Oom Tio dan mama langsung mengarah ke arah pintu kamar. Kami, termasuk aku dibuat kaget ketika melihat siapa yang membuka pintu kamar. Kamu melihat di pintu kamar yang terbuka ada sosok adikku yang kecil tengah berdiri. Kami menatap ke arahnya, ia menatap ke arah kami. Tapi aku sendiri agak menunundukkan kepalaku agar adikku tak melihat aku yang sedang mengintip dan bisa langsung memberitahu mama ataupun om Tio.
“mama sama om lagi apa?”, tanya adikku polos dan mama serta Oom Tio diam dalam lag nya sampai akhirnya tersadar.
“Mas... Lepasin mas. Ada anakku”, panik mama ketika sadar dalam bengong kagetnya.
“Massshhh...”, ulang mama dan akhirnya Oom Tio ikut sadar.
“Mama sama Oom Tio lagi apa, ma?”, ulang adikku dan seperti biasa saja karena memang belum tau, adikku bertanya sambil berjalan mendekat ke arah ranjang dengan wajah khas baru bangun tidur.
“Ih mama sama Oom Tio kok telanjang juga”, ketika adikku sudah berdiri di samping ranjang. Tepat beberapa jengkal saja di depan mamanya yang sedang...
“K-kamu udah bangun?”, bingung, kaget mama terlihat jelas dengan mama memberikan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya apa. Adikku mengangguk.
“Mas... Lepasin dulu”, meski lirih tapi masih dapat aku dengar.
“Jangan mbak. Kalo di lepas nanti malah tambah bingung jelasinnya. Gini aja”, balas Oom Tio dengan masih berdiri dengan kedua lututnya di belakang mama sambil masih memegangi pinggul mama juga.
“eeegghhh....”, lenguh mama sesaat. Mungkin karena mama merasakan kontol Oom Tio di dalam sana berkedut atau bergerak Kecil merasakan remasan dinding memek mama.
“mama kok ga bangunin aku?”, adikku masih seperti biasa saja meksi terlihat bingung juga.
“A-anu... Mama liat kamu nyenyak banget jadi.. jadi mama biarin aja dulu”, lalu adikku baik dan duduk di ranjang tepat menghadap ke arah mama yang masih menungging.
“Kamu keluar aja dulu ya. Jangan duduk disini. Nonton tv aja”
“males ma. Mama lagi ngapain sih sama om Tio?”, polosnya lagi. Mama terlihat bingung tapi...
“Om sama mama kamu lagi main kuda-kudaan”, langsung saja mama menatap om Tio.
“Mas...”, namun Oom Tio lewat tatakannya seolah bilang untuk...
“Udah percaya aja”.
“ih udah gede kok main kuda-kudaan. Tapi kenapa main kuda-kudaan nya telanjang?”, bingung lagi. Tapi om Tio...
“Ya soalnya kan main kuda-kudaan harus gerak. Kalo gerak terus kan capek kalo capek...”
“keringetan”, balas adikku.
“nah... Makanya om sama mama kamu ga pake baju aja biar ga basah nanti bajunya kena keringat”, dan aku yang mengintip ini makin dibuat tak karuan rasanya saat dengan nekatnya Oom Tio sedikit menggerakkan pantatnya maju mundur.
“massshhh... Ada anakku mas. Eeeghhhsss....”
“mama kenapa? Kok kaya sakit gitu?”, tanya adikku mendengar suara mama dan melihat ekspresi wajah mama yang seperti sedang menahan sakit. Tapi sebenarnya bukan menahan sakit, malahan sebaliknya.
“Kamu nonton tv aja dulu ya”, ucap mama yang jelas tak mau anaknya melihat apa yang sedang mamanya lalukan.
“mama kamu ceritanya lagi jadi kudanya dan kudanya lagi sakit. Om jadi dokternya dan om ceritanya lagi obatin mama kamu yang lagi jadi kuda ini”, Tapi kok mama yang jadi kudanya? Om kan cowok, harusnya om yang jadi kudanya dan mama yang jadi dokternya”, sungguh polos sekali adikku ini.
“kalo mama kamu yang jadi dokter, mama kamu ga bisa obatin dong. Kan obatinnya pake di suntik”
“om lagi suntik mama?”, Oom Tio mengangguk.
“Mas... Jangan kaya gitu mas. Tutupin pak selimut dulu”, lirih mama.
“iya, ini om lagi suntik mama kamu”, dan nekatnya Oom Tio kembali menggerakkan pantatnya maju mundur tapi lebih jelas dari sebelumnya. Jelas adikku juga bisa melihatnya.
“itu om lagi suntik mama?”, kembali Oom Tio mengangguk.
“mana? Kok aku ga liat suntikannya?”, adikku seperti mencari alat suntikannya.
“kan suntikannya udah om masukin. Ini om lagi suntik mama kamu”
“oh gitu. Pantes aja mama kaya sakit ya? Soalnya di suntik kan sakit ya? Aku juga ga suka di suntik om”
“nakkkhhh... Udah kamu nonton tv aja. Eeggghsss...”
“kenapa sih ma, aku lagi ga mau nonton tv. Lagian jam segini acara tv lagi jelek. Emangnya mama tau ada yang bagus jam segini?”
“A-ada... Makanya nonton tv aja”, namun..
“Ih susu mama goyang-goyang. Hihihihi... Lucu”, polos adikku dan aku baru menyadari bahwa memang payudara mama berhoyang akibat genjotan Oom Tio yang mulai diperjelasmeski ada adikku.
“Maasshhh... Berhenti dulu massshhh... Jangan gila kamu mas. Ada... Ada anakku Uhhh....”, namun Oom Tio mempererat cengkeramannya dengan satu tangan mencengkram pantat mama.
PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!! Meski masih lirih tapi suara itu mulai terdengar lagi.
“kamu nonton tv aja ya. Liatin acara kesukaan mama kalomudah tayang apa belum.
Eeegghhss... Nanti mama belikan kamu mainan kalo kamu liatin tv buat acara kesukaan mama itu”, mama terlihat frustasi sehingga langsung memberikan jurusnya agar adikku mau menuruti mama.
“Yang benar ma? Mama mau belikan mainan?”
“i-iyaaahhh... Iya mama nanti belikan mainahhhh...”, dengan mama semakin jelas mendesah karena Oom Tio makin mempercepat genjotannya. Gila menurutku, Oom Tio menyetubuhi mam di depan adikku.
“Yeeeeyyy.... Mainan baru. Tapi janji loh ma”, mama hanya mengangguk dengan satu tangannya mulai digunakan menutupi mulutnya sendiri agar tak terlalu terdengar adikku desahannya.
“tapi kamu jangan bilang sama papa atau sama kakak yaaahhh...”
“bilang apa ma? Jangan bilang aku mau dibelikan mainan sama mama?”
“B-bukaannhhh.... Bukan itu. Jangan bilang. Eeeghhhsss.... Jangan bilang kalo mama sama Oom Tio kuda-kudaan”
“memangnya kenapa ma?”
“udah naakkhhh... Udah kamu intinya jangan bilang. Kalo kamu ga mau nurut, mama ga jadi belikan mainan nanti”
“yah jangan dong ma. Iya... Iya, aku ga bakal bilang ke papa sama kalo mama main kuda-kudaan sama Oom Tio kok”
“yaudah sana kami nonton tv. Jangan masuk kamar lagi kalo acara kesukaan mama udah mulaaiihhh...”, adikku mengangguk.
Dan dengan senang karena mau dibelikan mainan baru, adikku langsung berlari keluar kamar tanpa menutup pintu.
PLOK!!! PLOK!!! PLOK!!! Pergi keluarnya adikku dari kamar, Oom Tio langsung memacu memek mama dengan cepat sampai bunting benturan selangakangan keduanya terdengar nyaring sampai ke balik tempatku mengintip. Genjotannya cepat, tangannya juga langsung meraih dan meremas payudara mama lagi yang menggantung indah.
“aakkkhhh....aakkkhhh...massshhh....”, mama juga jadi ikut mendesah karena gedekan keluar masuk kontol dan remasan om Tio.
“oougghhhss... Enak banget mbak, memeknya. Ssshhh....”
“T-tapi kali gila kamu massshhhg... Masa ada anakku...malah ga di keluarin... Malah di gerakinnnhhh....”
“gapaoa mbak. Masih kecil jadi belum tau. Sssshhhh....yang penting kan ga bilang”
“cepatan massshhh... Cepet keluarin. Nanti anakku kesini lagiihhh...”
“iya mbaakkkk... Asli enak banget memekmu ini mbak. Ssshhh... Apalagi tadi pas di depan anakmu. Aakkhhhssss... Rasanya memek mbak jadi makin jepit kontolku”
“ternyata kamu bisa binal juga mbak. Ssshhh....”
“masssshhh... Gara-gara massshhh...”
“gapapa mbak, saya malah lebih suka istri orang yang binal kaya mbak. Aakkkhhss... Jadi makin enak, makin semangat rasanyaaahhh...”, dan setelah beberapa menit, mama kembali orgasme dan di susul oleh om Tio.
“Jangan di dalam massshh....”, ucap mama dan Oom Tio langusng manarik keluar kontoknya.
Ia kocok singkat dan... CROT!!! CROT!!! CROT!!! Cairan putih kental berbau pandan itu meluncur banyak menyiram punggung hingga mengotori ujung jilbab mama.
Setelah selesai menuntaskan hasrat, Oom Tio dan mama mulai memakai lagi pakaiannya dengan sebelumnya Oom Tio membantu mama membersihkan ceceran peju di punggung mama menggunakan tisu. Lalu setelahnya, dengan seperti tak terjadi apa-apa-apa mama dan Oom Tio keluar barengan dari kamar. Aku yang melihat perselingkuhan dan persetubuhan mama untuk pertama kalinya membuatmu masih terdiam di tempat mengintip. Aku terdiam dengan masih memegang kontolku yang juga klimaks bersamaan dengan Oom Tio tadi yang menbuang Peju nya di punggung mama. Suck!
~~~~~~~~~~000~~~~~~~~~~